catatan harian di ujung gagak Kampung Laut Cilacap

Nama               : Retno Amar Mandandari
Nim                 : 3401415047
Rombel            : 2
Mata Kuliah    : Kajian Etnografi

Catatan Harian di Ujung Gagak
Kampung Laut, Cilacap

Tanggal 6 Oktober 2016 rombongan kami berangkat dari UNNES pukul 03.00 dini hari. Sampai di Pelabuhan Sleko Cilacap pukul 12.00 Wib.kemudian dari Pelabuhan Sleko kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Ujung Gagak, Kampung Laut menggunakan kapal atau orang setempat menyebutnya compreng dengan ukuran sedang yang hanya muat sekitar 30 orang. Sebelum naik kapal, kami diberitahu untuk mengurangi bawang bawaan karena kapal yang kami tumpangi memiliki berat penumpang sebesar 150 ton sehingga kami hanya membawa barang-barang yang diperlukan selama dua hari satu malam saja di sana dan barang bawaan yang lain masih tetap di bagasi dalam bus.
Ada tiga kapal yang mengantarkan rombongan kami menuju Ujung Gagak. Membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan dari Pelabuhan Sleko untuk sampai ke Desa Ujung Gagak. Setiap kapal yang kami tumpangi ada satu tour guide yang menemani perjalanan kami. Tour guide tersebut duduk paling depan kapal. Sesekali tour guide tersebut duduk bersila menghadap para penumpang kemudian memejamkan kedua matanya lalu jari-jari disatukan dari kedua tangan membentuk lingkaran kecil. Tour guide tersebut seperti melakukan suatu ritual untuk perjalanan kami selama naik kapal seperti malakukan ritual tolak hujan. Di perjalanan menuju Desa Ujung Gagak, Kampung Laut kami disuguhkan pemandangan hutan bakau yang terhampar luas. Kami juga melewati penjara Nusakambangan yang dihuni oleh penjahat-penjahat kelas kakap. Kami juga melewati Desa Kleces yang menjadi Ibu Kota Kecamatan Kampung Laut. Terlihat di Desa Kleces sedang ada pembangunan puskesmas yang sedang berlangsung.
Setelah hampir tiga jam perjalanan akhirnya kami telah sampai di dermaga Desa Ujung Gagak pukul 15.30 Wib. Itu manjadi kali pertama saya menginjakkan kaki di desa yang berada di tengah laut. Cuaca di sana kala itu sangat panas sekali. Kemudian setelah kami briefing dengan dosen dan panitia kami menuju ke homestay masing-masing. Homestay saya kebetulan agak jauh dari dermaga namun dekat dengan Balai Desa Ujung Gagak. Sampai di homestay kami disambut dengan pemilik rumah dengan diberi air minum, pisang goreng, dan tempe goreng tepung atau biasa disebut mendoan. Ibu pemilik rumah sangat ramah dan baik sekali dengan kami. Setelah duduk sejenak sambil menikmati hidangan yang diberikan oleh pemilik rumah, satu persatu dari kami bergantian untuk solat dan bersiap-siap untuk observasi. Saya terkejut ketika pertama kali masuk kamar mandinya karena di sama tampungan air yang ada sangat besar sekali. Kira-kira 3x3 meter luasnya, mirip dengan kolang renang. Karena di sana sumber air bersih sangat terbatas sehingga warga desa menggunakan air hujan yang ditampung dalam tampungan yang besar dan biasanya diletakkan di belakang atau samping rumah. Air hujan dialirkan melalui pralon yang berbentuk persegi panjang kemudian diarahkan ke tampungan dan ke bak mandi yang ada di kamar mandi. Air hujan tersebut digunakan keperluan sehari-hari tetapi untuk minum biasa nya menggunakan air galon.
Setelah bersiap-siap kami berkumpul dengan kelompok masing-masing kemudian observasi dengan masing-masing tema yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok saya mendapat tema pluralitas. Setelah berkumpul kami dibagi menjadi dua tim kemudian observasi secara terpisah agar mendapat informasi yang kompleks. Suasana Desa Ujung Gagak sore hari sangat ramai dengan adanya remaja-remaja berolah raga maupun anak-anak kecil yang sedang bermain bersama-sama. Olah raga yang dilakukan yaitu voli dan tenis meja. Untuk ibu-ibunya asyik bercengkrama ria dengan tetangga di teras depan rumah, dan bapak-bapak yang sedang sibuk membersihkan dan menjemur jala setelah digunakan untuk melaut. Orang-orang Desa Ujung Gagak juga sangat ramah dengan pendatang, mereka mulai terbiasa dengan orang asing karena sudah banyak pendatang-pendatang seperti para traveller, pendatang baru untuk menetap dan banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang melakukan kkn atau penelitian di sana. Ternyata sebagian kecil warga Desa Ujung Gagak awalnya adalah pendatang yang berasal dari Jawa Barat kemudian menetap di desa tersebut. Rata-rata mereka  bekerja sebagai petani karena itu terdapat beberapa sawah. Dan kebetulan sekali saat kami rombongan dari Unnes datang ternyata Desa Ujung Gagak keesokan harinya akan mengadakan sedekah laut dan juga wayangan untuk memperingati bulan Suro.
Setelah mendapat beberapa narasumber, pukul 17.15 Wib kami kembali ke homestay. Sampai di homestay kami bergegas bersih-bersih badan kemudian sholat magrib. Sekitar pukul 19.00 Wib kami makan malam tentunya dengan menu seafood. Setelah makan malam, pukul 19.30 Wib kami berkumpul di Balai Desa untuk acara ramah tamah dengan ketua adat dan juga kepala desa Ujung Gagak. Malam itu gerimis sehingga kami membawa payung dan senter karena di jalan-jalan desa sedikit gelap. Awal acara dibuka oleh moderator dari salah satu mahasiswa Sosant kemudian selanjutnya ada sambutan dan juga sharing-sharing mengenai Desa Ujung Gagak oleh Bapak Suprapto Jadi selaku Kepala Desa Ujung Gagak. Setelah bapak kepala desa selesai bercerita mengenai sejarah Desa Ujung Gagak, kemudian beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan. Di tengah-tengah acara, ketua adat setempat datang kemudian melakukan ritual membakar kemenyan dan pembacaan doa-doa atau mantra-mantra di depan sesaji yang telah diberi tempat dari bambu yang disebut digunakan untuk sedekah laut yang akan dilaksanakan keesokan harinya. Kami dilarang mendekat sehingga tidak dapat mendengarkan apa yang diucapkan oleh ketua adat saat membakar kemenyan tersebut. Setelah beberapa menit, ketua adat tersebut akhirnya selesai kemudian ikut bergabung dengan kami mengikuti acara ramah-tamah. Selesai acara pada jam 22.00 Wib kemudian kami kembali ke homestay masing-masing. Sampai di homestay tiap kelompok menyiapkan materi presentasi untuk dipresentasikan dengan dosen pembimbing kkl. Pukul 23.30 Wib saya kemudian tidur
Tanggal 7 Oktober 2016, bangun pagi sekitar pukul 05.00 Wib kemudian bersiap-siap untuk mandi dan melaksanakan sholat subuh. Udara terasa dingin ketika pagi hari, mugkin karena semalam sempat hujan sebentar. Setelah kami semua mandi kemudian beres-beres barang bawaan. Kemudian kami kembali berkumpul di balai desa untuk memaparkan hasil observasi kami kemarin dengan dosen pembimbing. Diakhir kegiatan ternyata datanglah dua orang wanita menuju ke dalam balai desa. Semua warga menghampirinya untuk berjabat tangan dengan dua wanita tersebut. Sepertinya dua orang wanita tersebut adalah calon kepala daerah yang ingin memberi sambutan saat acara sedekah laut itu. Tak lama kemudian sesaji-sesaji yang semalam berada di dalam balai desa dikeluarkan oleh beberapa warga setempat kemudian dipindahkan ke depan pintu masuk balai desa. Bapak kepala desa Ujung Gagak memberi sambutan kemudian setelah itu salah satu diantara dua wanita tersebut juga memberi sambutan dan diselipkan promosi diri beserta rekannya maju menjadi kepala daerah. Pihak-pihak yang ikut dalam sedekah laut tersebut selain warga desa dan juga rombongan dari Unnes ada juga dari Basarnas yang mengiringi jalannya ritual sedekah laut itu. Anggota Basarnas dikerahkan karena ditakutkan nanti ketika upacara sedekah laut yang dilakukan di laut lepas Samudra Hindia ada kapal yang terbalik karena gelombang yang deras. Setelah sambutan-sambutan selesai, segera sesajen sedekah laut tersebut dibawa ke dermaga diiringi oleh warga desa dan mahasiswa-mahasiswa dari Unnes menuju ke dermaga. Di dermaga kapal-kapal nelayan yang akan digunakan untuk mengantarkan sedekah laut sudah siap dan beberapa juga ada kapal-kapal nelayan yang dihiasi untuk ikut dalam prosesi pelarungan sedekah laut di laut lepas. Beberapa dari mahasiswa juga ada yang ikut dalam upacara itu. Untuk kami yang tidak ikut ke laut melanjutkan tugas yaitu mengumpulkan informasi kembali karena ada beberapa data yang perlu ditambahkan lagi. Sampai pukul 11.30 Wib kami telah selesai mengumpulkan data kembali kemudian menuju ke homestay untuk persiapan ke Pelabuhan Sleko. Sekitar pukul 13.00 Wib kami naik kapal compreng menuju Pelabuhan Sleko, pengalaman 2 hari 1 malam di Desa Ujung Gagak sangat menyenangkan dan tidak akan terlupakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

surat reservasi hotel

surat pesanan berdasarkan iklan

Heterogenitas Masyarakat Indonesia